Rabu, 27 Mei 2020

Renungan Gereja Rumah GMIM PNIEL Watulambot, Yunus 4:1-11 "Allah Mengasihi Sesama Bangsa"



Syaloom… Damai di hati…..

 Di tengah pandemi COVID-19/wabah virus Corona yang melanda dunia sekarang ini, semoga seluruh jemaat GMIM PNIEL Watulambot tetap kuat, semangat dan sukacita dalam Tuhan. Wabah virus Corona yang masih menyebar di penjuru dunia, termasuk di daerah kita Sulawesi Utara memang menjadi tantangan bagi kita sekarang ini. Banyak yang menderita akibat dirumahkan (tinggal di rumah/stay at home) demi tidak tertular, sehingga dampaknya yaitu kesulitan bahan makanan pokok yang paling dirasakan. Dan bersyukur di jemaat kita telah ada upaya pemberian bahan makanan pokok dari Pemerintah, dari Gereja, ada juga dari kolom-kolom, bahkan ada para penyumbang yang telah turut membantu. Saya yakin, kita turut merasakan sukacita melihat mereka yang membutuhkan boleh menerima bantuan. Tidak seperti apa yang dilakukan Yunus dalam bacaan kita di Yunus 4:1, Yunus malahan menjadi marah atas pemulihan yang dilakukan Allah terhadap Niniwe. *

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, tema renungan kita di minggu berjalan ini yaitu “Allah mengasihi sesama bangsa”. Tema ini diangkat, karena kasih Allah tidak ada batas, kasih Allah benar-benar untuk semua orang. Kebesaran kasih Allah dalam bacaan ini ditunjukkan Allah kepada orang-orang berdosa yang dibenci oleh umat Israel. Kisah ini tidak banyak yang tahu dalam kitab Yunus, karena dalam pengetahuan kita sejak dari kecil dalam cerita Alkitab, yang paling terkenal dalam kitab Yunus hanyalah kisah Yunus di dalam perut ikan yang besar. Kisah Yunus di perut ikan sesungguhnya tidak lepas dari maksud utama dari kitab ini yaitu menceritakan bagaimana Allah memanggil Yunus untuk pergi ke Niniwe ibukota kerajaan Asyur yang terkenal dengan kejahatannya untuk menyampaikan nubuat akan kehancuran kota Niniwe, dan ternyata nubuat Yunus sungguh membawa pengaruh perubahan besar bagi Niniwe, mereka menjadi takut akan Tuhan Allah dengan mengalami pertobatan dan kasih Allah akhirnya dinyatakan dengan tidak akan menghukum kota Niniwe. *

Perbuatan kasih Allah terhadap kota Niniwe, membuat Yunus kesal dan marah (Ay.1). Memang Niniwe adalah musuh dan yang dibenci bangsa Israel, mereka terkenal dengan kejahatan bahkan tindakan yang kejam dan tidak berbelaskasihan kepada orang-orang yang mereka taklukan (Nahum 3:1-4,19). Kekesalan dan kemarahan Yunus dibawahnya dalam doa (Ay.2), dia terbuka menyampaikan alasannya ketika ingin melarikan diri ke Tarsis, karena ia tahu akan sifat-sifat Allah yaitu pengasih, penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi karena hal itu, Yunus meminta Tuhan mencabut nyawa-Nya (4:3). Terdapat dua kali keinginan Yunus agar Tuhan mencabut nyawa-Nya (4:3; 8). Respons Tuhan adalah pertanyaan singkat bagi Yunus bahwa layakkah ia marah (4:4, 9). Bukannya menuruti keinginan Yunus, Tuhan malah memberi pelajaran kepada Yunus dengan pohon jarak yang tumbuh atas penentuan Tuhan (4:6), ulat menggerek pohon jarak (4:7), juga bertiup angin timur yang panas terik menyakiti Yunus (4:8). Yunus rebah lesu dan kembali marah dan berharap supaya mati, namun Yunus tetap dibiarkan tetap hidup. Dengan sabar Tuhan menyadarkan Yunus akan sikapnya yang marah dengan tak beralasan itu. Saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, dalam bagian terakhir narasi kitab Yunus, Tuhan berfirman kepada Yunus bahwa Yunus sayang akan pohon jarak yang tidak ditumbuhkannya, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam. Bagaimana mungkin Tuhan tidak sayang kepada Niniwe yang diciptakan-Nya itu? kalau Yunus mengasihi pohon jarak yang baru dikenalnya, pastinya juga Tuhan Allah mengasihi orang-orang Niniwe yang penduduknya ada 120 ribu orang yang tidak tahu mana yang baik dan yang jahat. Dengan ini, konteks bacaan kita dalam kitab Yunus menunjukkan bahwa Allah juga menginginkan keselamatan terjadi, bukan hanya untuk bangsa Israel saja, tetapi juga bangsa-bangsa lain melalui kepercayaan mereka kepada Allah . *

Melalui pembacaan Alkitab ini, kita dapat belajar bahwa bagitu besarnya dan luas kasih sayang tindakan Allah yang dapat memberikan pemulihan melalui pertobatan. Berharap juga, kita semua mendapatkan pemulihan ditengah pergumulan dunia akan pandemi Covid-19/wabah virus Corona, yang telah sampai di daerah kita Minahasa. Kiranya virus corona ini membuat kita hidup dalam pertobatan, seperti orang-orang di Kota Niniwe yang telah berbuat dosa akhirnya berbalik kepada Tuhan, sehingga mereka tidak diberi hukuman. Kita tentunya berharap virus Corona ini akan cepat berlalu, untuk itu berbaliklah kepada Tuhan, hiduplah dalam pertobatan yang utuh kepada Tuhan. Jika masih hidup dalam perjudian, penyembahan berhala, nafsu jahat, perkelahian, narkoba dan perbuatan jahat lainnya, waktunya saat ini kita hidup dalam pertobatan, lakukanlah hal-hal yang positif saat ini dengan rajin berdoa, beribadah, mengasihi dan saling membangun. *

Dalam bacaan Alkitab ini juga mengajarkan kita, ketika menyaksikan kebahagiaan sesama, turutlah berbahagia dengan mereka. Sikap irih, kesal dan marah terhadap kebahagiaan orang lain seperti yang ditunjukkan Yunus tidaklah menjadi contoh. Berbahagialah dalam situasi sulit seperti ini, orang-orang yang membutuhkan tetap diberikan perhatian oleh Pemerintah, Gereja dan para donator yang boleh memberikan bantuan. Kita tentunya belajar untuk ikut berbahagia dalam kebahagiaan orang lain, dan bersyukur tidak ada jemaat GMIM PNIE Watulambot yang menjadi miskin akibat dampat virus Corona, jika berkekurangan itu bisa saja, tapi luar biasa jemaat Watulambot, dengan sikap gotong royong-mapalus, kita mampu melewati semua ini. Dan ingatlah, berlakulah baik dengan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan dengan baik. *


Saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, kasih Allah tidak ada batas, kasih Allah benar-benar untuk semua orang. Dalam situasi seperti ini juga, kita belajar untuk memiliki sifat seperti Tuhan Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Memang hal yang sulit ketika mengasihi musuh ataupun mengasihi orang yang berbeda dengan kita. Dan virus Corona ini telah membuat banyak orang saling mengasihi tanpa dibatasi perbedaan. Kita bisa menyaksikan saat ini, di tengah wabah virus Corona, banyak orang saling membantu walaupun dalam perbedaan Agama, Suku, bahkan negara. Inilah letak kekuatan kita saat ini yaitu memiliki semangat gotong royong - mapalus. Semangat gorong royong – mapalus juga dapat melalui tindakan saling mendoakan, mengikuti protokol kesehatan anjuran pemerintah untuk boleh social distancing (jarak sosial) dan physical distancing (jarak fisik), memakai masker, stay at home (tinggal di rumah), menjaga kebersihan, bahkan juga menjaga kehidupan yang damai dan aman. Tidak hanya virus Corona yang menjadi penyakit besar saat ini, tapi salah satu penyakit terbesar juga adalah ketika kita menjadi tidak berguna bagi orang lain. Untuk itu, jadilah berguna untuk semua orang tanpa ada batas. Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar