Senin, 08 Juni 2020

TATA IBADAH dan RENUNGAN MATIUS 9:35-38


TATA IBADAH KOLOM  BENTUK I
GEREJA MASEHI INJILI di MINAHASA
WILAYAH TONDANO LIMA
JEMAAT “PNIEL” WATULAMBOT
Senin, 8 Juni 2020


PERSIAPAN
P          Menyanyi  KJ. No. 15BERHIMPUN SEMUA
 Berhimpun semua menghadap Tuhan, dan pujilah Dia, Pemurah benar
Berakhirlah segala pergumulan, Diganti kedamaian yang besar

TAHBISAN (Jemaat berdiri)
P       Pertolongan kepada kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi yang tetap setia untuk selama-lamanya dan tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Amin
P      Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara-saudara
P+J   Menyanyi  KJ. No. 381   “YANG MAHAKASIH”
Yang Mahakasih ya itu Allah; Allah Pengasih pun bagiku.
Aku selamatlah oleh kasihNya, oleh kasihNya kepadaku.

PENGAKUAN DOSA (Jemaat duduk)
P       Marilah kita merendahkan diri dihadapan Tuhan Allah dan mengaku dosa kita kepada-Nya mari kita berdoa :.........
P+J         Menyanyi  KJ. No. 39 ‘KU DIBERI BELAS KASIHAN”
‘Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku;
tadi ‘ku angkuh, kini heran: Tuhan, besarlah rahmatMu!
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh muliia!

PELAYANAN FIRMAN TUHAN ( Jemaat duduk )
P        Berdoa ; membaca Alkitab; Khotbah ………….

PERSEMBAHAN
P       Menyanyi   NKB No. 17 “AGUNGLAH KASIH ALLAHKU”
Agunglah kasih Allahku, tiada yang setaranya;
Neraka dapat direngkuh, kartikapun tergapailah.
Kar’na kasihNya agunglah, Sang Putra menjelma,
Dia mencari yang sesat dan diampuniNya.
Reff: O kasih Allah agunglah! Tiada bandingnya!
Kekal teguh dan mulia! Dijunjung umatNya.
DOA SYAFAAT
P       Marilah kita berdoa :.......... (diakhiri dengan DOA BAPA KAMI)

NYANYIAN PENUTUP ( Jemaat berdiri )
P+J         Menyanyi    NKB. No. 73KASIH TUHANKU LEMBUT!”
Kasih Tuhanku lembut! PadaNya ‘ku bertelut dan ‘ku dambakan penuh: Kasih besar!
Yesus datang di dunia, tanggung dosa manusia; bagiku pun nyatalah: Kasih besar!

Reff: Kasih besar! Kasih besar! Tidak terhingga dan ajaib benar: Kasih besar!


BERKAT
P       Tuhan memberkati dan melindungi saudara-saudara; Tuhan menyinari dengan wajah-Nya dan memberi saudara-saudara kasih karunia; Tuhan menghadapankan wajah-Nya kepada saudara-saudara dan memberi saudara-saudara damai sejahtera.
J                 Amin. Amin. Amin.  (dinyanyikan)
SAAT TEDUH






RENUNGAN IBADAH KOLOM
JEMAAT GMIM PNIEL WATULAMBOT
Matius 9:35-38
Tema: Mewujudkan Belas Kasihan Allah

Oleh Pdt. Meilita Ering
 Senin, 8 Juni 2020

Salam kasih Yesus Kristus bagi kita semua.
Syaloom. Damai di hati…
Bapak, Ibu, anak-anak,  Sdra-I yang diberkati Tuhan, di tengah pandemi Covid-19/wabah virus Corona sekarang ini, semoga kita tetap kuat, semangat dan sukacita dalam Tuhan. Wabah virus Corona masih menyebar di penjuru dunia, bahkan di daerah kita penyebaran virus ini semakin cepat, dan ini benar-benar telah menjadi bagian pergumulan dunia, termasuk Gereja. Sungguh menyedihkan korban yang telah terinfeksi Covid-19 di dunia sampai 07 Juni 2020 Pkl.21.49 WIB sudah masuk pada angka 7.023.667 kasus, dan di daerah kita Sulawesi Utara bukan semakin berkurang, tapi semakin bertambah, Sabtu 06 Juni 2020 kasus positif bertambah 79 orang dan kemarin Minggu 07 Juni 2020 bertambah 25 kasus positif, sehingga total yang terkonfimasi positif di SULUT secara akumulasi sudah pada angka 495 kasus. Dengan apa yang kita alami saat ini, apakah kita tidak ingin terlibat aktif untuk mengurangi penyebaran virus Corona?, saya yakin kita semua memiliki “compassion” atau kasih sayang, keharuan, kasihan dan belas kasihan, karena semua kita memiliki hati. Dari hati munculah sikap Simpati dan Empati yang mendorong mewujudkan belas kasihan, terutama kepada mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan.  Dalam membantu sesama, kita belajar dari belas kasihan Allah di dalam Yesus Kristus, karena belas kasihan Allah sungguh sempurna.

Bacaan Alkitab saat ini dalam Matius 9:35-38, ditulis pada tahun 60 M dengan sangat teratur oleh Matius murid Yesus sehingga mudah dipahami, Injil ini untuk orang-orang Kristen Yahudi (berbahasa Ibrani), yang sangat terikat dengan hukum Taurat dan  ditulis dalam bahasa Ibrani dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Bagian awal ayat 35 dari cerita ini sama dengan bagian pada Matius  4:23, yang menekankankan akan pekerjaan mulia dari Tuhan Kita Yesus Kristus. Ia melakukan pengajaran dan melakukan penyembuhan, walaupun tindakan kebaikan-Nya mendapat reaksi negatif, ditolak, disalah artikan dan difitnah. Pada bagian bacaan ini Tuhan Yesus mengajarkan tentang belas kasihan kepada orang banyak.

Pada ayat 35 kita dapat belajar dari Tuhan Yesus, bagaimana dalam melayani Ia tidak hanya mengunjungi kota-kota besar dan megah, melainkan juga desa-desa miskin dan terpencil, di sanalah Ia memberitakan Injil dan menyembuhkan segala penyakit. Saat itu semakin banyak yang mengikuti-Nya, dan banyak dari mereka yang menderita, maka tergeraklah hati Tuhan Yesus oleh belas kasihan kepada mereka. Sungguh, Yesus mengajarkan bagaimana pentingnya bersimpati atau menaruh perasaan untuk prihatin pada orang lain dan berempati atau menaruh perasaan bersama untuk peduli dan senang menolong orang lain.

Ditekankan dalam ayat 36, belas kasihan dari Tuhan Yesus dinyatakan dengan tindakan untuk menolong orang-orang yang lelah dan terlantar. “Lelah” yang dialami oleh orang banyak itu bukan lelah biasa, tapi suatu kondisi yang dialami orang sampai begitu menderita, tersiksa, susah dan miskin; ditambah lagi mereka terlantar atau tidak berdaya, terlepas dari yang lain. Hal ini membuat Tuhan Yesus melihat ada kesamaan besar antara orang-orang banyak itu dan domba-domba, sehinga Ia mengatakan mereka seperti domba yang tidak bergembala/tidak mempunyai pemandu. Mereka menderita baik secara badani maupun secara rohani. Tuhan Yesus melihat tubuh mereka menjadi lemah karena penyakit-penyakit dan ahli-ahli Taurat yang seharusnya menjadi gembala untuk mereka, tidak merupakan pemimpin-pemimpin yang baik dan cocok.

Dalam bagian ini, orang banyak yang hidup menderita benar-benar mendapat perhatian besar dari Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus orang-orang itu dapat menjadi “suatu tuaian untuk Kerajaan Allah” jikalau mereka mau menerima Kristus dan injil-Nya (ay. 37). Jadi usaha pekerjaan menuai sudah dimulai saat itu, tapi terkendala dengan pekerja yang sedikit, sehingga ia memesankan kepada murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Tuhan (yang empunya tuaian), supaya Ia mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu (at.38), ini menunjukkan betapa pentingnya Doa manusia!.  Sehingga dari doa, selanjutnya pada pasal 10 disampaikan kedua belas murid Tuhan Yesus boleh menjadi pekerja-pekerja untuk menolong orang-orang yang hidup dalam penderitaan.

Bapak, Ibu, anak-anak,  Sdra-I yang diberkati Tuhan, tidak terpikirkan oleh kita, jika tahun 2020 ini menjadi tahun krisis kesehatan dunia akibat dari Covid-19/virus Corona. Sejak pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, Covid-19 telah menjadi pandemi karena telah menyebar dengan cepat secara global, ini telah berimbas pada masalah ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, dsb. Banyak orang menderita akibat Covid-19,  yang telah terinfeksi harus berjuang untuk sembuh, ada yang telah di PHK (pemutusan hubungan kerja); mengalami kesulitan  bahan makanan; pelajar tidak dapat ke sekolah, gangguan keamanan, belum lagi dampak kerugian secara nasional dan dunia.  Sungguh, ini telah membuat banyak orang menderita bahkan tak berdaya karena jumlah kasus positif masih bertambah, dan tenaga kesehatan banyak yang telah terpapar Covid-19, belum lagi sering kekurangan APD untuk tenaga kesehatan, dsb.

Sebagai Gereja, kita semua hendaklah memiliki belas kasihan seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Belas kasih dengan  bersimpati, merasa prihatin atas krisis kesehatan yang melanda dunia,  bahkan hendaklah kita dapat memiliki belas kasih yang menunjukkan rasa empati, dimana ada kepedulian dengan turut mengambil bagian untuk dapat membantu menangani Covid-19, sehingga kita tidak jadi penonton bagi mereka yang “lelah” tapi kita semua dapat terlibat jadi relawan. Relawan saat ini sangat dibutuhkan, dan kita semua dapat menjadi relawan,  contohya menjadi tenaga kesehatan (……….), membantu mereka yang benar-benar membutuhkan dengan memberi bantuan SEMBAKO (ini telah dan sementara dilakukan oleh Pemerintah, Gereja dan orang-orang yang peduli),  juga dengan kita mengikuti protokol kesehatan, itu juga termasuk bagian dari menjadi relawan  membantu menangani Covid-19. Ingat! wujudkan belas kasihan itu dengan hati yang tulus (tidak dipaksa, segenap hati, tanpa imbalan, sukarela), karena itu cermin dari belas kasih Allah.

Seperti apa yang Tuhan Yesus perintahkan yaitu marilah kita berdoa, Doa untuk kiranya Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan dalam menangani Covid-19, apakah itu tenaga kesehatan, APD, bahkan semoga Vaksin yang tepat dapat segera ditemukan. Berdoalah dengan sungguh-sungguh, bukan hanya sekedar mengucapkan doa tapi benar-benar berdoa dengan keadaan sadar, penguasaan diri dan tekun. Yakinlah, Tuhan akan menjawab sesuai waktu dan rencana-Nya.

Dalam menghayati HUT PI (Pekabaran Injil) dan Pendidikan Kristen GMIM 12 Juni 2020 yang ke-189, saatnya kita tunjukkan Gereja selalu mampu menjadi pekerja Kristus dengan terlibat langsung menolong sesama menjadi “relawan” atau pekerja-pekerja yang dapat mengambil bagian dalam menangani Covid-19. Contoh sederhana lagi yaitu menjadi relawan dengan memberikan contoh bagaimana mengikuti protokol kesehatan dengan rajin mencuci tangan/menjaga kebersihan, menggunakan masker, menjaga jarak,  berolahraga, makan makanan bergizi dan melakukan hal-hal yang positif.

Bapak, Ibu, anak-anak,  Sdra-I yang diberkati Tuhan, menuju peradaban baru “new normal” (normal baru) jangan kita lengah dengan tidak mengikuti anjuran protokol kesehatan, dan menciptakan klaster yang baru. Kita belajar dari sejarah pada tahun 1918-1919 bagaimana parahnya pandemi flu Spanyol melanda dunia sampai tiga gelombang serangan, tercatat 500 juta orang terinfeksi dan 50-100 juta orang di seluruh dunia meninggal(data wikiped), dan sebagian besar kamatian terjadi di gelombang kedua. Ketika masyarakat sudah sangat merasa tidak nyaman dengan karantina menjaga jarak sosial stay at home (tinggal di rumah), orang-orang sudah diperbolehkan keluar rumah, mereka bukannya menjaga jarak namun mereka malahan keluar rumah dengan berbondong-bondong merayakan kegembiraan mereka yang sudah boleh keluar rumah. Sehingga beberapa minggu kemudian, serangan pandemi terbesar pada gelombang kedua yang membuat korban sangat banyak, terjadi dengan puluhan juga kematian. Jadi, apakah kita ingin mengulang sejarah? atau belajar dari sejarah?. Gunakanlah Hikmat yang Tuhan berikan untuk taat pada aturan, untuk mengatasi pergumulan Covid-19. Kalaupun kita keluar rumah, pastikan untuk jaga jarak atau mengikuti protokol kesehatan. Ini tugas kita bersama, jika bukan kita, siapa lagi?. Saya yakin kita semua  memiliki hati yang peduli menangani pandemi Covid-19. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar