TATA IBADAH KOLOM BENTUK I
GEREJA MASEHI INJILI di MINAHASA
WILAYAH TONDANO LIMA
JEMAAT “PNIEL” WATULAMBOT
Senin, 8 Juni 2020
PERSIAPAN
P Menyanyi KJ. No.
15 “BERHIMPUN SEMUA”
Berhimpun semua menghadap Tuhan, dan pujilah Dia, Pemurah benar
Berakhirlah segala pergumulan, Diganti kedamaian yang besar
Berakhirlah segala pergumulan, Diganti kedamaian yang besar
TAHBISAN (Jemaat berdiri)
P Pertolongan
kepada kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi yang tetap
setia untuk selama-lamanya dan tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Amin
P Kasih
karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus
menyertai saudara-saudara
P+J Menyanyi KJ. No.
381 “YANG MAHAKASIH”
Yang Mahakasih ya itu
Allah; Allah Pengasih pun bagiku.
Aku selamatlah oleh kasihNya, oleh kasihNya kepadaku.
Aku selamatlah oleh kasihNya, oleh kasihNya kepadaku.
PENGAKUAN DOSA (Jemaat duduk)
P Marilah
kita merendahkan diri dihadapan Tuhan Allah dan mengaku dosa kita kepada-Nya
mari kita berdoa :.........
P+J Menyanyi KJ.
No. 39 ‘KU DIBERI BELAS KASIHAN”
‘Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku;
tadi ‘ku angkuh, kini heran: Tuhan, besarlah rahmatMu!
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh muliia!
‘Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku;
tadi ‘ku angkuh, kini heran: Tuhan, besarlah rahmatMu!
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh muliia!
PELAYANAN
FIRMAN TUHAN ( Jemaat duduk )
P Berdoa
; membaca Alkitab; Khotbah ………….
PERSEMBAHAN
P Menyanyi NKB No. 17 “AGUNGLAH KASIH ALLAHKU”
Agunglah kasih Allahku, tiada yang setaranya;
Neraka dapat direngkuh, kartikapun tergapailah.
Kar’na kasihNya agunglah, Sang Putra menjelma,
Dia mencari yang sesat dan diampuniNya.
Reff: O kasih Allah agunglah! Tiada bandingnya!
Kekal teguh dan mulia! Dijunjung umatNya.
DOA SYAFAAT
P Marilah
kita berdoa :.......... (diakhiri dengan DOA
BAPA KAMI)
NYANYIAN
PENUTUP ( Jemaat berdiri )
P+J Menyanyi NKB.
No. 73 “KASIH TUHANKU LEMBUT!”
Kasih Tuhanku lembut! PadaNya ‘ku bertelut dan ‘ku
dambakan penuh: Kasih besar!
Yesus datang di dunia, tanggung dosa manusia; bagiku
pun nyatalah: Kasih besar!
Reff: Kasih besar! Kasih besar! Tidak terhingga dan ajaib benar:
Kasih besar!
BERKAT
P Tuhan
memberkati dan melindungi saudara-saudara; Tuhan menyinari dengan wajah-Nya dan
memberi saudara-saudara kasih karunia; Tuhan menghadapankan wajah-Nya kepada
saudara-saudara dan memberi saudara-saudara damai sejahtera.
J
Amin. Amin. Amin.
(dinyanyikan)
SAAT TEDUH
RENUNGAN
IBADAH KOLOM
JEMAAT
GMIM PNIEL WATULAMBOT
Matius
9:35-38
Tema:
Mewujudkan Belas Kasihan Allah
Oleh
Pdt. Meilita Ering
Senin, 8 Juni 2020
Salam
kasih Yesus Kristus bagi kita semua.
Syaloom.
Damai di hati…
Bapak,
Ibu, anak-anak, Sdra-I yang diberkati
Tuhan, di tengah pandemi Covid-19/wabah virus Corona sekarang ini, semoga kita
tetap kuat, semangat dan sukacita dalam Tuhan. Wabah virus Corona masih menyebar
di penjuru dunia, bahkan di daerah kita penyebaran virus ini semakin cepat, dan
ini benar-benar telah menjadi bagian pergumulan dunia, termasuk Gereja. Sungguh
menyedihkan korban yang telah terinfeksi Covid-19 di dunia sampai 07 Juni 2020 Pkl.21.49
WIB sudah masuk pada angka 7.023.667 kasus, dan di daerah kita Sulawesi Utara bukan
semakin berkurang, tapi semakin bertambah, Sabtu 06 Juni 2020 kasus positif
bertambah 79 orang dan kemarin Minggu 07 Juni 2020 bertambah 25 kasus positif,
sehingga total yang terkonfimasi positif di SULUT secara akumulasi sudah pada
angka 495 kasus. Dengan apa yang kita alami saat ini, apakah kita tidak ingin
terlibat aktif untuk mengurangi penyebaran virus Corona?, saya yakin kita semua
memiliki “compassion” atau kasih
sayang, keharuan, kasihan dan belas kasihan, karena semua kita memiliki hati.
Dari hati munculah sikap Simpati dan Empati yang mendorong mewujudkan belas
kasihan, terutama kepada mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan. Dalam membantu sesama, kita belajar dari belas
kasihan Allah di dalam Yesus Kristus, karena belas kasihan Allah sungguh
sempurna.
Bacaan
Alkitab saat ini dalam Matius 9:35-38, ditulis pada tahun 60 M dengan sangat teratur
oleh Matius murid Yesus sehingga mudah dipahami, Injil ini untuk orang-orang Kristen
Yahudi (berbahasa Ibrani), yang sangat terikat dengan hukum Taurat dan ditulis dalam bahasa Ibrani dan kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Bagian awal ayat 35 dari cerita ini sama
dengan bagian pada Matius 4:23, yang
menekankankan akan pekerjaan mulia dari Tuhan Kita Yesus Kristus. Ia melakukan
pengajaran dan melakukan penyembuhan, walaupun tindakan kebaikan-Nya mendapat
reaksi negatif, ditolak, disalah artikan dan difitnah. Pada bagian bacaan ini
Tuhan Yesus mengajarkan tentang belas kasihan kepada orang banyak.
Pada
ayat 35 kita dapat belajar dari Tuhan Yesus, bagaimana dalam melayani Ia tidak
hanya mengunjungi kota-kota besar dan megah, melainkan juga desa-desa miskin
dan terpencil, di sanalah Ia memberitakan Injil dan menyembuhkan segala
penyakit. Saat itu semakin banyak yang mengikuti-Nya, dan banyak dari mereka yang
menderita, maka tergeraklah hati Tuhan Yesus oleh belas kasihan kepada mereka.
Sungguh, Yesus mengajarkan bagaimana pentingnya bersimpati atau menaruh
perasaan untuk prihatin pada orang lain dan berempati atau menaruh perasaan
bersama untuk peduli dan senang menolong orang lain.
Ditekankan
dalam ayat 36, belas kasihan dari Tuhan Yesus dinyatakan dengan tindakan untuk
menolong orang-orang yang lelah dan terlantar. “Lelah” yang dialami oleh orang
banyak itu bukan lelah biasa, tapi suatu kondisi yang dialami orang sampai
begitu menderita, tersiksa, susah dan miskin; ditambah lagi mereka terlantar
atau tidak berdaya, terlepas dari yang lain. Hal ini membuat Tuhan Yesus
melihat ada kesamaan besar antara orang-orang banyak itu dan domba-domba,
sehinga Ia mengatakan mereka seperti domba yang tidak bergembala/tidak
mempunyai pemandu. Mereka menderita baik secara badani maupun secara rohani.
Tuhan Yesus melihat tubuh mereka menjadi lemah karena penyakit-penyakit dan
ahli-ahli Taurat yang seharusnya menjadi gembala untuk mereka, tidak merupakan
pemimpin-pemimpin yang baik dan cocok.
Dalam
bagian ini, orang banyak yang hidup menderita benar-benar mendapat perhatian
besar dari Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus orang-orang itu dapat menjadi “suatu
tuaian untuk Kerajaan Allah” jikalau mereka mau menerima Kristus dan injil-Nya
(ay. 37). Jadi usaha pekerjaan menuai sudah dimulai saat itu, tapi terkendala
dengan pekerja yang sedikit, sehingga ia memesankan kepada murid-murid-Nya
untuk berdoa kepada Tuhan (yang empunya tuaian), supaya Ia mengirim
pekerja-pekerja untuk tuaian itu (at.38), ini menunjukkan betapa pentingnya Doa
manusia!. Sehingga dari doa, selanjutnya
pada pasal 10 disampaikan kedua belas murid Tuhan Yesus boleh menjadi
pekerja-pekerja untuk menolong orang-orang yang hidup dalam penderitaan.
Bapak,
Ibu, anak-anak, Sdra-I yang diberkati
Tuhan, tidak terpikirkan oleh kita, jika tahun 2020 ini menjadi tahun krisis
kesehatan dunia akibat dari Covid-19/virus Corona. Sejak pertama kali dideteksi
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, Covid-19
telah menjadi pandemi karena telah menyebar dengan cepat secara global, ini
telah berimbas pada masalah ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, dsb. Banyak
orang menderita akibat Covid-19, yang
telah terinfeksi harus berjuang untuk sembuh, ada yang telah di PHK (pemutusan
hubungan kerja); mengalami kesulitan
bahan makanan; pelajar tidak dapat ke sekolah, gangguan keamanan, belum
lagi dampak kerugian secara nasional dan dunia.
Sungguh, ini telah membuat banyak orang menderita bahkan tak berdaya
karena jumlah kasus positif masih bertambah, dan tenaga kesehatan banyak yang
telah terpapar Covid-19, belum lagi sering kekurangan APD untuk tenaga
kesehatan, dsb.
Sebagai
Gereja, kita semua hendaklah memiliki belas kasihan seperti yang ditunjukkan
oleh Tuhan Yesus. Belas kasih dengan
bersimpati, merasa prihatin atas krisis kesehatan yang melanda
dunia, bahkan hendaklah kita dapat memiliki
belas kasih yang menunjukkan rasa empati, dimana ada kepedulian dengan turut
mengambil bagian untuk dapat membantu menangani Covid-19, sehingga kita tidak
jadi penonton bagi mereka yang “lelah” tapi kita semua dapat terlibat jadi relawan.
Relawan saat ini sangat dibutuhkan, dan kita semua dapat menjadi relawan, contohya menjadi tenaga kesehatan (……….), membantu
mereka yang benar-benar membutuhkan dengan memberi bantuan SEMBAKO (ini telah
dan sementara dilakukan oleh Pemerintah, Gereja dan orang-orang yang peduli), juga dengan kita mengikuti protokol kesehatan,
itu juga termasuk bagian dari menjadi relawan
membantu menangani Covid-19. Ingat! wujudkan belas kasihan itu dengan
hati yang tulus (tidak dipaksa, segenap hati, tanpa imbalan, sukarela), karena
itu cermin dari belas kasih Allah.
Seperti
apa yang Tuhan Yesus perintahkan yaitu marilah kita berdoa, Doa untuk kiranya
Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan dalam menangani Covid-19, apakah itu
tenaga kesehatan, APD, bahkan semoga Vaksin yang tepat dapat segera ditemukan. Berdoalah
dengan sungguh-sungguh, bukan hanya sekedar mengucapkan doa tapi benar-benar
berdoa dengan keadaan sadar, penguasaan diri dan tekun. Yakinlah, Tuhan akan
menjawab sesuai waktu dan rencana-Nya.
Dalam
menghayati HUT PI (Pekabaran Injil) dan Pendidikan Kristen GMIM 12 Juni 2020
yang ke-189, saatnya kita tunjukkan Gereja selalu mampu menjadi pekerja Kristus
dengan terlibat langsung menolong sesama menjadi “relawan” atau pekerja-pekerja
yang dapat mengambil bagian dalam menangani Covid-19. Contoh sederhana lagi
yaitu menjadi relawan dengan memberikan contoh bagaimana mengikuti protokol
kesehatan dengan rajin mencuci tangan/menjaga kebersihan, menggunakan masker, menjaga
jarak, berolahraga, makan makanan bergizi dan
melakukan hal-hal yang positif.
Bapak,
Ibu, anak-anak, Sdra-I yang diberkati
Tuhan, menuju peradaban baru “new normal”
(normal baru) jangan kita lengah dengan tidak mengikuti anjuran protokol
kesehatan, dan menciptakan klaster yang baru. Kita belajar dari sejarah pada
tahun 1918-1919 bagaimana parahnya pandemi flu Spanyol melanda dunia sampai
tiga gelombang serangan, tercatat 500 juta orang terinfeksi dan 50-100 juta orang di seluruh dunia meninggal(data wikiped), dan sebagian besar kamatian terjadi di gelombang
kedua. Ketika masyarakat sudah sangat merasa tidak nyaman dengan karantina menjaga
jarak sosial stay at home (tinggal di
rumah), orang-orang sudah diperbolehkan keluar rumah, mereka bukannya menjaga
jarak namun mereka malahan keluar rumah dengan berbondong-bondong merayakan
kegembiraan mereka yang sudah boleh keluar rumah. Sehingga beberapa minggu
kemudian, serangan pandemi terbesar pada gelombang kedua yang membuat korban
sangat banyak, terjadi dengan puluhan juga kematian. Jadi, apakah kita ingin
mengulang sejarah? atau belajar dari sejarah?. Gunakanlah Hikmat yang Tuhan
berikan untuk taat pada aturan, untuk mengatasi pergumulan Covid-19. Kalaupun
kita keluar rumah, pastikan untuk jaga jarak atau mengikuti protokol kesehatan.
Ini tugas kita bersama, jika bukan kita, siapa lagi?. Saya yakin kita semua memiliki hati yang peduli menangani pandemi
Covid-19. Tuhan Yesus Memberkati. Amin